Fenomena hujan hewan dan darah termasuk topik yang sering terdengar
belakangan ini.Walau sebenarnya fenomena sejenis sudah berlangsung sejak
lama dibumi ini,berita” di TV baru meng-heboh”kan nya akhir” ini dengan
mengkaitkan fenomena ini dengan usur mistik atau gaib.lalu apakah bener
hal tersebut? berikut penjelasannya.
Kita mulai dari hujan
hewan…, Apakah kejadian ini benar” nyata atau hanya sebuah kejadian yg
di lebih”kan?.jawabannya adalah,100% kejadian ini adalah nyata!.Fenomena
ini gx terbatas pada jatuhnya hewan-hewan aja,tapi ada juga
materi-materi organik lainnya seperti daging ataupun darah.
Jatuhnya
hewan” seperti kodok dan ikan ke bumi seringkali di kaitkan dengan
peristiwa gaib dan sebagainya walaupun ada penjelasan secara sains untuk
hal tersebut. Dari sisi sains, fenomena ini adalah murni karna pengaruh
Badai Tornado.
Sebuah film yg pernah gw tonton tentang tornado
adalah “Twister”… ada yg pernah nonton jg?. Nah,di film itu ada sebuah
adegan Badai Tornado berskala 5 mengamuk dan menghisap setiap benda atau
makhluk yang dilewatinya ke atas langit.Entah itu sapi, orang , rumah
hingga truk besar pun mampu diangkat oleh Tornado tersebut.Setelah
beberapa lama berlangsung,tentunya kekuatan dari si badai semakin
mengecil dan mengakibatkan benda” yang sebelumnya terangkat menjadi
jatuh kembali ke bumi.
Sama seperti apa yang digambarkan di film
tersebut, fenomena hujan hewan kebanyakan disebabkan oleh angin
tornado, baik yang terbentuk di darat atau di perairan (waterspout).
Dalam
kondisi badai petir, sebuah tornado mini bisa terbentuk. Ketika tornado
mini ini bergerak melewati air dimana terdapat ikan atau kodok, angin
ini akan mengangkat hewan-hewan tersebut hingga sejauh beberapa mil.
Cepat atau lambat, hewan-hewan tersebut akan jatuh ke bumi. Dalam
beberapa kasus, ada hewan yang masih hidup ketika jatuh ke bumi. Dalam
kasus lain, hewan-hewan tersebut sudah berada dalam kondisi mati atau
membeku.
Selain karena tornado yang terbentuk di darat, Hujan hewan juga bisa
disebabkan oleh tornado yang terbentuk di perairan yang biasa disebut
waterspout. Kolom udara ini diperkirakan telah menghisap hewan-hewan
yang ada di air dan membawanya terbang hingga menjatuhkannya ke tempat
lain yang berjarak cukup jauh. Ini bisa menjelaskan mengapa dalam banyak
kasus hujan hewan, hanya ditemukan hewan-hewan air tanpa adanya
benda-benda darat seperti rumput atau kayu.
Hujan hewan lainnya
juga pernah terjadi di beberapa tempat didunia… dan pada umumnya hewan
yg jatuh tersebut adalah ikan.Misalnya, peristiwa hujan ikan di Singapura yang terjadi pada tahun 1861. Lalu di Rhode Island pada tahun 1900 atau di India pada tahun 2009.
Yang menarik adalah, fenomena hujan ikan yang terjadi setiap tahun antara bulan Mei dan Juli di Honduras
dan telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun. Sebelum hujan ikan
terjadi, memang para penduduk selalu melaporkan adanya badai petir yang
mendahului.
Selain ikan, hewan lainpun gx luput dari kebiadaban sang tornado lho.
Pada tanggal 1 Agustus 1869, seekor sapi dikabarkan jatuh dari langit di California. Peristiwa yg lain juga dilaporkan pada tahun 1876 di Kentucky. Sekarang, dengan adanya teknologi kamera perekam, sapi yang dibawa angin dan jatuh bukan lagi sesuatu yang aneh. Ya, walaupun hanya satu ekor, sapi yang jatuh pun disebut "hujan sapi". hmm…
Pada tahun 1894, di kota Bath, Inggris, terjadi hujan ubur-ubur.
Pada tanggal 6 April 2007, terjadi hujan laba-laba di propinsi Salta, Argentina.
Pada tanggal 1 Agustus 1869, seekor sapi dikabarkan jatuh dari langit di California. Peristiwa yg lain juga dilaporkan pada tahun 1876 di Kentucky. Sekarang, dengan adanya teknologi kamera perekam, sapi yang dibawa angin dan jatuh bukan lagi sesuatu yang aneh. Ya, walaupun hanya satu ekor, sapi yang jatuh pun disebut "hujan sapi". hmm…
Pada tahun 1894, di kota Bath, Inggris, terjadi hujan ubur-ubur.
Pada tanggal 6 April 2007, terjadi hujan laba-laba di propinsi Salta, Argentina.
Pada
tanggal 11 Juli 2007, terjadi hujan cacing di Louisiana, Amerika
Serikat. Cacing-cacing ini dipercaya terbawa semburan angin dari
Lacassine Bayou yang jaraknya 5 mil dari lokasi peristiwa.
Pada Juni 2009, terjadi hujan ikan dan kecebong di perfektur Ishikawa, Jepang. peristiwa Ishikawa ini adalah peristiwa yang paling banyak diberitakan oleh televisi Indonesia akhir-akhir ini.
Pada Juni 2009, terjadi hujan ikan dan kecebong di perfektur Ishikawa, Jepang. peristiwa Ishikawa ini adalah peristiwa yang paling banyak diberitakan oleh televisi Indonesia akhir-akhir ini.
Namun,
masih ada satu misteri yang meliputi fenomena hujan hewan. Teori
tornado mini memang dianggap bisa menjawab cara membawa hewan-hewan
tersebut ke darat, namun para peneliti masih berusaha memahami mengapa
pada umumnya hanya satu jenis hewan yang jatuh ke bumi setiap kali
hujan. Teka-teki ini masih belum mendapatkan pemecahannya hingga saat
ini.
Lalu bagaimana tentang Hujan Materi Organik ?
Sama dengan fenomena hujan hewan, masih ada bagian-bagian dari fenomena hujan organik yang belum dapat dipahami sepenuhnya oleh para peneliti.
Salah satu peristiwa yang berhubungan dengan hujan materi organik adalah peristiwa hujan daging segar yang terjadi pada tanggal 9 Maret 1876 di Olympia Springs, Amerika Serikat. Menurut saksi mata bernama Allen Crouch, potongan-potongan daging kecil berjatuhan dari langit di halaman rumahnya seperti butiran salju. Dua pria yang meneliti gumpalan daging itu menyimpulkan kalau daging itu kemungkinan adalah daging menjangan atau domba. Sebagian orang menduga kalau daging itu berasal dari domba-domba yang tercincang ketika terbawa angin.
Lalu, yang kembali dihebohkan pada akhir-akhir ini adalah hujan merah atau hujan darah Kerala yang terjadi pada Juli 2001 di India.
Hujan darah Kerala
Pertama kita harus tahu kalau istilah "hujan darah" gx berarti benar-benar terjadi hujan darah hewan atau manusia. istilah "darah" hanya digunakan untuk merujuk kepada materi air yang berwarna merah. Walaupun langka, namun peristiwa "hujan darah" bukan sesuatu yang asing dalam dunia sains. Contohnya, peristiwa serupa juga pernah terjadi di Columbia pada tahun 2008.
Beberapa peneliti telah mengajukan teori mengenai hujan merah Kerala. Salah satunya adalah teori yang mengatakan kalau materi merah yang bercampur dengan air hujan itu adalah darah sejumlah besar kelelawar yang terbunuh ketika melewati badai.
Sebagian lain percaya kalau warna merah itu adalah pasir gurun yang terbawa angin dan jatuh bersamaan dengan hujan.
Lalu, ada lagi teori yang menyebutkan kalau partikel merah itu sebenarnya adalah debu meteor. Pada kasus "Hujan darah" yang terjadi di Sisilia pada tahun 1872, peneliti berhasil menemukan adanya kandungan besi merah yang membuat mereka mengambil kesimpulan kalau partikel merah itu diakibatkan oleh debu meteor.
Sebagian lagi percaya kalau warna merah itu mungkin disebabkan oleh sejenis bakteri karena peristiwa serupa (walaupun bukan berupa hujan) pernah terlihat di Antartika dimana saljunya mengeluarkan cairan merah seperti darah.
Namun, mengenai hujan darah Kerala sendiri, pemerintah India bersama Centre for earth Science Studies telah mengeluarkan pernyataan resmi kalau penyebab warna merah tersebut adalah spora sejenis alga yang termasuk ke dalam genus Trentepohlia. Alga jenis ini memang banyak terdapat di wilayah Kerala.
Penemuan ini didukung oleh Seffield University yang bersama dengan Dr.Chandra Wickramasinghe telah lama mempelajari spora stratosferik secara mendalam. Dr.Wickramasinghe mengatakan kalau partikel merah pada hujan Kerala mirip seperti jamur karat dan ia juga menegaskan gx adanya darah pada hujan tersebut.
Namun, walaupun penyebab warna merah pada air hujan telah diketahui, para peneliti masih belum bisa memastikan bagaimana spora itu bisa menyebar dalam jumlah besar. Tetapi paling tidak, kita tahu kalau peristiwa ini sama sekali tidak berhubungan dengan sesuatu yang mistik.
Sama dengan fenomena hujan hewan, masih ada bagian-bagian dari fenomena hujan organik yang belum dapat dipahami sepenuhnya oleh para peneliti.
Salah satu peristiwa yang berhubungan dengan hujan materi organik adalah peristiwa hujan daging segar yang terjadi pada tanggal 9 Maret 1876 di Olympia Springs, Amerika Serikat. Menurut saksi mata bernama Allen Crouch, potongan-potongan daging kecil berjatuhan dari langit di halaman rumahnya seperti butiran salju. Dua pria yang meneliti gumpalan daging itu menyimpulkan kalau daging itu kemungkinan adalah daging menjangan atau domba. Sebagian orang menduga kalau daging itu berasal dari domba-domba yang tercincang ketika terbawa angin.
Lalu, yang kembali dihebohkan pada akhir-akhir ini adalah hujan merah atau hujan darah Kerala yang terjadi pada Juli 2001 di India.
Hujan darah Kerala
Pertama kita harus tahu kalau istilah "hujan darah" gx berarti benar-benar terjadi hujan darah hewan atau manusia. istilah "darah" hanya digunakan untuk merujuk kepada materi air yang berwarna merah. Walaupun langka, namun peristiwa "hujan darah" bukan sesuatu yang asing dalam dunia sains. Contohnya, peristiwa serupa juga pernah terjadi di Columbia pada tahun 2008.
Beberapa peneliti telah mengajukan teori mengenai hujan merah Kerala. Salah satunya adalah teori yang mengatakan kalau materi merah yang bercampur dengan air hujan itu adalah darah sejumlah besar kelelawar yang terbunuh ketika melewati badai.
Sebagian lain percaya kalau warna merah itu adalah pasir gurun yang terbawa angin dan jatuh bersamaan dengan hujan.
Lalu, ada lagi teori yang menyebutkan kalau partikel merah itu sebenarnya adalah debu meteor. Pada kasus "Hujan darah" yang terjadi di Sisilia pada tahun 1872, peneliti berhasil menemukan adanya kandungan besi merah yang membuat mereka mengambil kesimpulan kalau partikel merah itu diakibatkan oleh debu meteor.
Sebagian lagi percaya kalau warna merah itu mungkin disebabkan oleh sejenis bakteri karena peristiwa serupa (walaupun bukan berupa hujan) pernah terlihat di Antartika dimana saljunya mengeluarkan cairan merah seperti darah.
Namun, mengenai hujan darah Kerala sendiri, pemerintah India bersama Centre for earth Science Studies telah mengeluarkan pernyataan resmi kalau penyebab warna merah tersebut adalah spora sejenis alga yang termasuk ke dalam genus Trentepohlia. Alga jenis ini memang banyak terdapat di wilayah Kerala.
Penemuan ini didukung oleh Seffield University yang bersama dengan Dr.Chandra Wickramasinghe telah lama mempelajari spora stratosferik secara mendalam. Dr.Wickramasinghe mengatakan kalau partikel merah pada hujan Kerala mirip seperti jamur karat dan ia juga menegaskan gx adanya darah pada hujan tersebut.
Namun, walaupun penyebab warna merah pada air hujan telah diketahui, para peneliti masih belum bisa memastikan bagaimana spora itu bisa menyebar dalam jumlah besar. Tetapi paling tidak, kita tahu kalau peristiwa ini sama sekali tidak berhubungan dengan sesuatu yang mistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar