Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat mempengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.
Sejak
ratusan tahun silam, badik
dipergunakan bukan hanya sebagai senjata
untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari
suatu kelompok etnis atau kebudayaan. Badik
ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar
saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk
berbeda.
Badik
adalah juga senjata tikam yang berasal dari Sulawesi dan paling banyak
digunakan oleh masyarakat Bugis Makassar. Badik diposisikan dibawah Keris,
untuk itu banyak sekali masyarakat Bugis Makassar yang memiliki Badik dengan
tidak memandang strata sosial dari si pemakai. Begitu umum dan kuatnya
pemakaian Badik bagi suku Bugis Makassar sehingga dikatakan bahwa Badik adalah
teman setia lelaki Bugis Makassar. Karena membawa Badik sudah menjadi kebiasaan
masyarakat disana maka sering kali pada saat operasi, Polisi banyak sekali
mendapatkan Badik. Sama halnya dengan Keris, Badik juga didapat secara turun
temurun dan terutama apabila si penerima ingin merantau atau beranjak dewasa.
Hingga saat ini masih dapat dijumpai pande (Panre) Badik di daerah Sulawesi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disana. Kebanyakan dari panrebessie (pande
besi) tersebut adalah berprofesi sebagai pedagang ataupun pelaut, menjadi pande
besi hanyalah sebagai pendapatan sampingan saja. Seni pamor yang dihasilkan
dari tempahan keris atau badik Bugis Makassar tidak segemerlap jika di
bandingkan dengan hasil tempahan pande/empu dari tanah Jawa. Pada umumnya
masyarakat disana hanya menyukai dan mengetahui beberapa pamor saja seperti Ujung
Gunung, Batu Lapak, Qul Buntet, Beras Wutah dan Adeg.
a.
Dari segi fisik Badik/ kawali dapat dilihat:
1. Bahan bakunya
terbuat dari besi dan baja pilihan biasanya mengandung meteorit dan ringan.
Wilayah Sulawesi Selatan sejak zaman dahulu terkenal dengan besi luwu yang
berkualitas tinggi.
2. Pamorragam pamor pada Badik / kawali lebih
sederhana dari keris jawa biasanya terdiri dari jenis pamor kurrisi,
lasoancale, parinring, bunga pejje, madaongase, kuribojo, tebajampu, timpalajja
dan balopakki.
b.
Segi sisi’ (tuah) / mistik antara lain:
1. Uleng puleng dan battu lappa, sebenarnya merupakan
kandungan meteorit. Bagi sebagian orang percaya Badik/kawali yang mempunyai
ulengpuleng (kalau kecil) / battu lappa (kalau besar) akan membawa kebaikan
pada pemiliknya baik berupa kemudakan rezki, karisma, maupun peningkatan karir.
Posisi ulengpuleng / battulappa yang dicari adalah yang terletak dipunggung
badik kira-kira berjarak 5 cm dari hulu / pangulu karena dipercaya akan
memudahkan rezki dan karir. Badik/kawali yang memiliki ulengpuleng dan
battulappa juga dipercaya dapat menghindari gangguan mahluk halus, sihir dan
tolak bala.
2. Mabelesse adalah retakan diatas punggung Badik /
kawali sehingga seakan-akan Badik/kawali tersebut akan terbelah dua. Badik
seperti ini dipercaya akan memudahkan rezki bagi pemiliknya sehingga banyak
dicari oleh yang berprofesi sebagai pedagang.
3. Sumpang buaja sama seperti mabelesse cuma
retakannya pada bilah dekat ujung Badik / kawali. Tuahnya sama seperti
mabelesse namun yang dicari yang letaknya pada bilah sebelah kanan dekat ujung
Badik / kawali.
4. Ure tuo adalah garis yang muncul pada bilah
Badik/kawali. Yang dicari adalah yang tidak terputus-putus, kalau letaknya
dipunggung Badik/kawali dan tidak terputus dari hulu sampai ujung tuahnya
membuat sang pemilik disegani dan dituruti semua perkataannya, kalau melingkar
ke atas dari bilah ke bilah sebelahnya seperti badik luwu sambang maka tuahnya
untuk melindungi pemiliknya dari malapetaka dan kalau turun ke baja maka untuk
memudahkan rezki.
5. Tolongeng adalah lubang pada punggung Badik/kawali
yang tembus ke bawah terletak dekat hulu / pangulu sehingga kalau dilihat
seakan seperti teropong. Pada zaman dahulu sebelum berangkat perang biasanya
panglima perang meneropong pasukannya melalui Badik/kawali tolongeng.
6. Sippa’sikadong adalah retakan pada tengah bilah
Badik / kawali dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah membuat pemiliknya
disenangi oleh siapa saja yang melihatnya. Pada zaman dahulu apabila ada
seseorang akan melamar gadis, maka utusan dari laki-laki akan membawa
Badik/kawali sippa’sikadong yang bertujuan agar memudahkan lamarannya diterima
pihak perempuan
7. Pamussa’ adalah upaya memperkuat daya magis Badik /
kawali yang diletakan dalam hulu / pangulu Badik/kawali. Biasanya dengan
menggunakan bahan-bahan tertentu tergantung akan digunakan untuk apa
Badik/kawali yang akan di beri pamussa
8. Pangulu di kalangan masyarakat bugis Bone berkembang
suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sebagian orang yang mampu membuat
pihak lawan tidak mampu mencabut Badik/kawali ketika akan digunakan, ilmu ini dikenal
dengan istilah pakuraga / pabinrung. Pangulu yang caredo terbelah/atau memiliki
mata) secara alami dipercaya mampu mengatasi orang yang memiliki ilmu tersebut.
2. Dari segi bentuknya Badik ada 2 macam yang
umum yaitu:
a. Badik Jantung Lompobattang merupakan ciri atau
karakter dari suku Makassar dan daerah sekitarnya yang berdekatan. Dinamakan
Badik Lompobattang karena bentuknya menyerupai Jantung Pisang.
b. Badik La Gecong merupakan badik yang banyak di
gunakan oleh suku Bugis yang bentuknya lebih landai.
Berat dari Badik yang di anggap baik adalah yang
ringan. Terkadang kita suka terkecoh karena melihat bentuknya yang tidak
seimbang dengan beratnya. Hal ini disukai karena jenis badik yang ringan lebih
praktis dalam hal perkelahian. Penggunaan besi Luwuk sangat digemari oleh
masyarakat Bugis Makassar hal ini dikarenakan mereka mempercayai bahwa tuah
yang timbul dari besi Luwuk sangat bagus. Besi Luwuk dipercayai dapat
menghindari dari serangan binatang buas.
Disamping kedua jenis Badik di atas tadi,
masyarakat Bugis Makassar juga menyukai jenis badik :
a. Simpa Siolong / Cappa Sikadong yang ditandai dengan adanya
keretakan Pada bagian punggung bilah
b. Patelongi atau Combong
lubang pada dinding bilah
c. Rakapeng / Matapakato
guratan setengah lingkaran pada mata bilah.
Pada jaman dahulu perkelahian menggunakan Badik adalah
dengan cara kedua petarung masuk kedalam Lipa (Sarung) dan mereka beradu saling
tikam menikam di dalam Lipa tersebut dan siapa yang keluar dengan selamat maka
dialah pemenangnya. Perkelahian di daerah suku Bugis Makassar biasanya terpicu
oleh masalah pelanggaran akan Siri dan Pesse (Adat Istiadat Bugis Makassar).
Namun yang
harus dijaga sebagai orang bugis Makassar adalah pesan nenek moyang kita
bahwa "TANIA OGI NAREKKO DE'GAGA KAWALINNA" (BUkan Orang Bugis Jika Tak
Memliki BADIK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar