Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah)
tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami (ini)"." (QS. Al-Kahfi: 10)
Doa
di atas dibaca para pemuda Ashabul Kahfi saat memasuki goa. Mereka
berlindung ke dalamnya karena khawatir akan keselamatan agama mereka.
Karena raja yang berkuasa di daerah tempat tinggal mereka membenci dan
memusuhi keyakinan para Ashabul Kahfi.
Banyak
mufassirin generasi salaf dan khalaf yang menyebutkan, para pemuda
tersebut terdiri dari anak-anak raja Romawi dan orang-orang terhormat
mereka yang bersatu karena iman. Saling bantu-membantu menegakkan
ibadah kepada Allah semata dalam tempat ibadah yang mereka bangun
bersama. Terus bertahan demikian sehingga mereka diketahui oleh
kaumnya. Kemudian mereka dilaporkan kepada raja mereka. Sang raja
memanggil mereka untuk datang menghadap kepadanya. Lalu ia bertanya
tentang hal ihwal dan kegiatan mereka. Lalu mereka menjawab dengan
sebenarnya dan mengajak raja itu untuk menyembah Allah Ta'ala.
وَرَبَطْنَا
عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا
شَطَطًا هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آَلِهَةً لَوْلَا
يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
"Dan
Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka
berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali
tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini
telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah).
Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang
yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS. Al-Kahfi: 14-15)
Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, "Allah Ta'ala berfirman: Kami jadikan mereka bersabar atas
tindakannya menentang kaum mereka sendiri, meninggalkan kampung halaman
mereka dan meninggalkan kehidupan yang enak, kebahagiaan, dan
kenikmatan."
Sesudah mereka menyeru
raja untuk beriman kepada Allah, maka raja menolak seruan tersebut.
Bahkan ia mengancam mereka dan menyuruh menanggalkan pakaian yang
mereka kenakan, yang padanya terdapat perhiasan kaumnya. Kemudia ia
memberikan waktu kepada mereka untuk berpikir supaya rela meninggalkan
keyakinan mereka.
Kemudian Allah
menurunkan rahmat dan kasih sayangnya kepada para pemuda Ashabul Kahfi,
di mana pada masa penangguhan itu mereka berhasil melarikan diri demi
mempertahankan agama yang dianutnya dari fitnah. Lalu mereka ber'uzlah,
dan Allah menurunkan ilham-Nya kepada mereka agar berlindung ke dalam
gua, mencari tempat di sana sehingga raja dan kaumnya kehilangan jejak
mereka. Hal ini diterangkan dalam firman-Nya,
وَإِذِ
اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى
الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ
مِنْ أَمْرِكُمْ مِرفَقًا
"Dan
apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu
akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusan kamu." (QS. Al-Kahfi: 16)
Raja
dan kaumnya terus mencari para pemuda Ashabul Kahfi, tapi tidak
menemukannya. Bahkan Allah membutakan raja dan kaumnya untuk
mendapatkan berita para pemuda tersebut. Hal ini sebagaimana Allah
membutakan kaum kafir Quraisy yang memburu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
dan Abu Bakar al-Shiddiq, saat keduanya bersembunyi di gua Tsur dalam
keberangkatan hijrah ke Madinah. Padahal Kafir Quraisy telah melalui
tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar, namun mereka tidak
mendapatkan keduanya.
Nah, pada saat
mereka akan memasuki gua di sebuah gunung, tempat sembunyi dan
berlindung dari raja dan kaumnya yang kafir, mereka berdoa kepada Allah
Ta'ala saat memasukinya, memohon rahmat dan kebaikan-Nya,
رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah)
tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami (ini)"." (QS. Al-Kahfi: 10)
Maksudnya:
Anugerahkan kepada kami rahmat dari sisi-Mu, yang dengannya Engkau
rahmati kami dan selamatkan kami dari kaum kami. Dan tetapkanlah
petunjuk yang lurus kepada kami dalam urusan kami. Dengan kata lain,
jadkanlah kesudahan akhir kami di bawah petunjuk yang lurus.
Sebagaimana doa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ
"Ya Allah, jadikanlah baik akhir kesudahan kami dalam semua urusan, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan azab akhirat." (HR. Ahmad dari Busr bin Arthah al-Qurasyi)
Kemudian Allah menurunkan urusan-Nya kepada mereka, menjadikan mereka
tertidur bertahun-tahun lamanya sesaat sesudah mereka memasuki goa,
yakni 309 tahun. Dan saat mereka terbangun, kondisi masyarakat sudah
berubah. Raja yang berkuasa adalah seorang muslim yang menurut satu
riwayat namanya, Yandusus. Rakyatnya juga demikian. Sehingga saat raja
dan rakyatnya menemui mereka di dalam goa, para Ashabul Kahfi merasa
bahagia dan bercengkrama bersamanya. Kemudian mereka meninggalkan para
pemuda tersebut dan mengucapkan salam kepada mereka. Lalu mereka
kembali ke tempat pembaringan mereka sehingga Allah mewafatkan mereka.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar